Foto: Tentara Israel mendengarkan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant saat dia menemui mereka di lapangan dekat perbatasan Israel dengan Jalur Gaza, di Israel selatan 19 Oktober 2023. (REUTERS/RONEN ZVULUN)
Jakarta, CNBC Indonesia – Eskalasi di wilayah Gaza terus meningkat setelah Israel membombardir wilayah itu dengan sporadis. Ini dilakukan Tel Aviv untuk menghancurkan kelompok Hamas, yang menyerang Negeri Yahudi itu pada 7 Oktober lalu, menewaskan 1.400 warga dan menculik sekitar 200 warga.
Meski mengaku menargetkan Hamas, serangan Israel nyatanya telah membawa kerusakan besar bagi warga sipil. Sejauh ini, jumlah korban tewas di Gaza telah mencapai lebih dari 6.500 jiwa.
Kekhawatiran pun muncul bahwa jumlah korban akan bertambah jika Israel benar-benar melakukan invasi darat ke Gaza. Pasalnya, hal ini pernah disampaikan Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, dengan harapan dapat membebaskan para sandera yang diculik.
Namun, hingga pekan ketiga perang, Israel belum benar-benar melakukannya. Dalam analisis Al Jazeera, mungkin ada perselisihan antara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Galant di satu sisi dan Kepala Staf Umum Herzi Halevi serta para komandannya di sisi lain.
“Sejak dahulu kala, para perwira yang mematuhi perintah yang lebih tinggi, kekaisaran, kerajaan, atau sipil, menginginkan hal-hal tersebut jelas, terdefinisi dengan baik, tanpa keraguan dan ketidakpastian,” kata analisis tersebut, dikutip Kamis (26/10/2023).
Ketika otoritas sipil memerintahkan tentara untuk bertindak, mereka harus menguraikan tujuan strategis dan pilihan cadangan jika tujuan utama sulit dicapai. Para jenderal juga menginginkan perintah mereka tertulis sehingga setelah pertempuran, tanggung jawab atas kekurangan atau kegagalan dapat dibagikan secara terbuka.
“Dalam kasus Israel, para jenderal tentunya ingin kabinet memberi tahu mereka apa yang diharapkan dari pasukan Israel dan berapa tingkat kerugian dan korban yang dapat diterima secara politik.”
Hal ini juga konsisten dengan mentalitas para jenderal yang merasa bertanggung jawab terhadap perwira junior dan pasukannya dalam menolak melakukan instruksi yang tidak jelas dan dianggap tidak bertanggung jawab oleh militer.
https://selerapedas.com “Saya hanya menebak-nebak, namun hal ini sejalan dengan gaya koboi dan mentalitas penindas Netanyahu jika ia mencoba menekan tentara agar mengambil tindakan dengan perintah yang tidak jelas,” tambahnya.