Sejauh Mana Dampak Perang Gaza pada Infrastruktur & Ekonomi?

Palestinians look for survivors of the Israeli bombardment in the Maghazi refugee camp in the Gaza Strip on Sunday, Nov. 5, 2023. (AP Photo/Hatem Moussa) 

Foto: AP/Hatem Moussa

Jakarta, CNBC Indonesia – Serangan darat, laut dan udara yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober, telah membawa pergolakan dan kehancuran skala besar di wilayah Palestina.

Berikut adalah perkiraan terbaru dari organisasi internasional mengenai dampak sosial-ekonomi dari konflik tersebut, seperti dilansir dari Reuters.

Perumahan Luluh Lantak

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), mengutip data dari departemen pekerjaan umum dan perumahan Palestina, mengatakan serangan Israel telah menghancurkan lebih dari 41.000 unit rumah dan merusak lebih dari 222.000 unit rumah.

Secara keseluruhan, dikatakan setidaknya 45% unit perumahan di Gaza dilaporkan rusak atau hancur.

Sulit untuk memverifikasi secara independen jumlah korban jiwa, namun laporan Reuters di Gaza mengatakan kerusakan yang terjadi terjadi dalam skala besar.

Seorang reporter Israel yang dibawa mengunjungi kota Beit Hanoun di Gaza oleh militer Israel melaporkan pada Minggu bahwa “hampir tidak ada satu pun bangunan yang dapat dihuni yang masih berdiri”. Lebih dari 52.000 orang pernah tinggal di sana sebelum perang.

PILIHAN REDAKSIHizbullah Bantu Hamas dari Lebanon, Fokus Israel Terpecah?Gaza Hancur Lebur, Negara Arab & Muslim Kompak Satu SuaraSiapa Pemilik Jalur Gaza, ‘Penjara’ Terbesar di Dunia?

Hancurnya Rumah Sakit dan Sekolah

Dalam laporan tanggal 10 November, OCHA mengatakan 279 fasilitas pendidikan dilaporkan telah rusak, lebih dari 51% dari total kerusakan, dan tidak satupun dari 625.000 siswa di Gaza dapat mengakses pendidikan.

Dikatakan lebih dari separuh rumah sakit di Gaza dan hampir dua pertiga pusat layanan kesehatan primer tidak berfungsi dan 53 ambulans rusak. Ke-13 rumah sakit di Kota Gaza dan Gaza utara telah menerima perintah evakuasi dari militer Israel.

Air dan Sanitasi Terjun Bebas

OCHA mengatakan konsumsi air telah turun sebesar 90% sejak perang dimulai. Dua dari tiga jaringan pipa air dari Israel berfungsi, namun ada 50% kebocoran dari pipa utama antara Rafah, di perbatasan Mesir, dan kota Khan Younis di selatan, tempat banyak pengungsi dari utara melarikan diri.

“Sebagian besar dari 65 pompa limbah Gaza tidak berfungsi,” kata OCHA.

Kekurangan Pangan

OCHA mengatakan Gaza memiliki pasokan gandum yang cukup untuk 12 hari, namun satu-satunya pabrik yang beroperasi di wilayah tersebut tidak dapat mengubah gandum menjadi tepung karena pemadaman listrik.

Dikatakan sudah tidak ada lagi stok minyak sayur, kacang-kacangan, gula atau beras di wilayah tersebut. Masyarakat pun rata-rata mengantri selama 4-6 jam untuk menerima setengah dari jatah roti normal.

Akses Bantuan Kemanusiaan

Rata-rata 500 truk makanan dan barang memasuki Gaza setiap hari sebelum konflik. Semua impor dihentikan setelah 7 Oktober dan baru dilanjutkan pada 21 Oktober. Antara saat itu dan 10 November, total 861 truk yang membawa bantuan kemanusiaan telah menyeberang ke Gaza.

Dampak Ekonomi

Dalam laporan bersama, Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Barat (ESCWA) dan Program Pembangunan PBB (UNDP) mengatakan pada tanggal 5 November bahwa sekitar 390.000 pekerjaan telah hilang sejak dimulainya perang.

Situasi sosio-ekonomi di Gaza sudah sangat buruk sebelum perang, dengan tingkat kemiskinan diperkirakan mencapai 61% pada tahun 2020.

https://kebayangkali.com Dalam perkiraan awal, badan-badan PBB mengatakan kemiskinan diperkirakan akan meningkat antara 20% dan 45%, tergantung pada kondisi sosial-ekonomi yang ada. tentang durasi perang. Mereka juga memperkirakan bahwa perang tersebut akan merugikan Gaza antara 4% dan 12% dari produk domestik bruto pada tahun 2023.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*