Foto: AFP/MAHMOUD ZAYYAT
Jakarta, CNBC Indonesia – Lebanon memiliki ketakutan besar akan munculnya perang regional. Pasalnya, pertempuran antara kelompok bersenjata Hizbullah dan Israel diprediksi dapat menjadi tidak terkendali.
Konflik antara Hizbullah dan Israel sendiri terjadi bersamaan dengan perang Israel-Hamas di Jalur Gaza.
Dalam beberapa hari terakhir, kelompok bersenjata Lebanon dan Israel telah melancarkan serangan lebih jauh ke wilayah masing-masing. Ini menjadi sebuah peningkatan dari pertempuran sebelumnya yang terbatas di wilayah perbatasan Israel-Lebanon.
Serangan-serangan tersebut menargetkan pos-pos militer dan pejuang, dan menyebabkan beberapa korban sipil.
Sebagian besar desa di Lebanon yang menjadi lokasi baku tembak telah kosong dari penduduknya, dan banyak yang melarikan diri ke markas Hizbullah di pinggiran ibu kota Beirut. Daerah itu masih aman untuk saat ini.
“Keduanya telah mengevakuasi desa-desa untuk membatasi jumlah korban jiwa,” kata Randa Slim, pakar Lebanon di Middle East Institute, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (31/10/2023).
Namun demikian, dia mencatat bahwa peningkatan kekerasan masih mengkhawatirkan. Hizbullah mengeklaim telah kehilangan 50 pejuangnya dalam pertempuran tersebut, dan Israel mengatakan enam tentaranya juga tewas.
“Kami melihat peningkatan yang terus meningkat setiap beberapa hari. Ini adalah pola yang stabil,” kata Slim. “Trennya sudah terlihat jelas… namun sejauh ini, hal tersebut tampaknya tidak lepas kendali.”
Sebuah petisi online, yang telah ditandatangani 8.939 orang, menyerukan kepada pemerintah Lebanon agar tidak terseret ke dalam perang. Laporan ini memperingatkan bahwa Lebanon bisa berubah menjadi “medan pertempuran perang proksi” yang dilakukan oleh kekuatan asing.
Namun, beberapa warga mengatakan mereka akan mendukung Lebanon mengambil sikap yang lebih agresif, mengingat tingginya angka kematian akibat serangan Israel di Gaza.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 8.000 warga Palestina telah tewas dalam pemboman Israel yang sedang berlangsung. Dari jumlah tersebut, sebanyak 3.195 di antaranya adalah anak-anak.
https://mesinpencarinenas.com Menurut organisasi non-pemerintah Save the Children, jumlah tersebut lebih tinggi dari jumlah total anak yang terbunuh di zona konflik di seluruh dunia setiap tahunnya sejak tahun 2019.