Menguak Masa Depan Gaza dan Babak Baru Perang Hamas Vs Israel

Warga Palestina bereaksi di lokasi serangan Israel di sebuah bangunan tempat tinggal, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 7 November 2023. (REUTERS/Mohammed Salem) 

Foto: Warga Palestina bereaksi di lokasi serangan Israel di sebuah bangunan tempat tinggal, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 7 November 2023. (REUTERS/MOHAMMED SALEM)

Jakarta, CNBC Indonesia – Eskalasi berdarah kembali terjadi di Gaza, Palestina. Sudah lebih dari sebulan Israel membombardir wilayah itu dengan masif dengan dalih untuk menghancurkan Hamas yang telah menyerbu Negeri Yahudi pada 7 Oktober lalu.

Pemerintah Israel yang berada dalam kepemimpinan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan aksinya ini akan dilakukan hingga Hamas musnah. Menurutnya, Hamas telah menjadi ancaman terang-terangan bagi Israel dan warganya.

Selain itu, Netanyahu disebutkan telah menyarankan hal yang tidak terpikirkan oleh banyak orang Israel, yakni pengembalian tanggung jawab keamanan di Gaza kepada pemerintah Israel. Ini terakhir kali terjadi pada 2006 lalu saat Israel menduduki wilayah kantong Palestina itu.

Baca:Menteri Israel Mau Nuklir Gaza, Begini Respons Rusia

“Israel untuk waktu yang tidak terbatas akan memiliki keamanan secara keseluruhan secara bertanggung jawab karena kita telah melihat apa yang terjadi jika kita tidak memilikinya,” kata orang nomor satu dalam pemerintahan Israel itu, dikutip Rabu (8/11/2023).

Meskipun Netanyahu tidak menjelaskan secara pasti apa maksud dari hal ini, pemberitaan di media Ibrani menunjukkan gambaran yang kasar terkait kembalinya Tel Aviv ke wilayah itu. Namun rencana itu ditolak mentah-mentah oleh sekutu terkuat Israel, Amerika Serikat (AS).

“Israel tidak dapat mengambil kembali kendali dan tanggung jawab atas Gaza. Israel telah memperjelas bahwa mereka tidak memiliki niat atau keinginan untuk melakukan hal itu,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, pekan lalu.

Kembalinya Israel ke wilayah itu pun juga telah menimbulkan tanda tanya. Berdasarkan hukum humaniter internasional, kehadiran pasukan Israel yang berkepanjangan di Gaza akan membuat pendudukan menjadi bertanggung jawab atas kehidupan warga sipil.

Konvensi Jenewa keempat, misalnya, menetapkan: “Kekuasaan pendudukan mempunyai kewajiban untuk memastikan tersedianya pasokan makanan dan obat-obatan yang memadai, serta pakaian, alas tidur, sarana berteduh, dan pasokan lain yang penting bagi kelangsungan hidup penduduk sipil di wilayah pendudukan.”

Dengan situasi ini, editor internasional The Guardian, Peter Beaumont, mengatakan hal ini mungkin akan membuat fokus Israel di Gaza semakin kompleks. Ia meyakini bahwa pendudukan Israel kembali ke Gaza mungkin justru dapat menghasilkan kekerasan yang berbeda

“Dan apapun visi Netanyahu, ia mungkin akan lebih mudah memenangkan perang melawan Hamas daripada melepaskan Israel dari tanggung jawab atas kehidupan sehari-hari warga Palestina di Gaza. Sebuah formula, bukan untuk keamanan, melainkan babak kekerasan yang berbeda,” ujarnya.

Baca:Korban Sipil Berjatuhan, Ini Janji Netanyahu untuk Warga Gaza

Bibit Radikalisme

Sementara itu, upaya Israel untuk memusnahkan Hamas sebagai respons terhadap serangan tanggal 7 Oktober kemungkinan hanya akan menghasilkan radikalisasi lebih lanjut. Hal ini disampaikan pelapor khusus PBB untuk wilayah pendudukan Palestina, Francesca Albanese.

Dalam wawancaranya dengan The Guardian, ia memaparkan bahwa komunitas internasional menuai konsekuensi yang berat karena tidak memperhatikan kekhawatiran pihak yang mengkritik “penindasan sistematis Israel terhadap hak asasi manusia Palestina”.

“Kami telah memperingatkan komunitas internasional, komunitas hak asasi manusia, namun tidak ada yang benar-benar mendengarkan,” jelas Albanese.

“Sekarang ini telah mencapai titik berbahaya dimana peluang untuk hidup berdampingan secara damai telah menurun drastis. Faktanya, kita sedang menatap ke dalam jurang yang dalam.”

Ia menantang Israel untuk mempertimbangkan apa yang menjadi kepentingannya sendiri. Pasalnya, saat ini Gaza telah porak-poranda, dan anak-anak kecil dan generasi muda di wilayah itu mungkin memiliki memori yang sangat buruk dengan Israel.

“Ketika Anda melihat anak-anak di sana, trauma mendalam melanda tubuh mungil mereka,” katanya.

https://berikanlah.com “Mereka bisa berbicara seperti orang dewasa, mereka berbicara tentang hak-hak, mereka berbicara tentang dunia yang mereka kenal dan dunia yang mereka inginkan. Mereka hidup dalam ketakutan, dan ketakutan terbesar mereka adalah tidak bertemu lagi dengan ibu dan ayah mereka, baik karena mereka dibunuh atau karena anak-anak mereka sendiri yang terbunuh.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*